Live Streaming TV

Minggu, 24 Juli 2011

LIDAH BUAYA (Aloe vera)

Lidah Buaya

Melihat potensinya yang sangat besar, tanaman lidah buaya sudah dibudidayakan secara komersial. Menurut Maskur (2001), lidah buaya telah dibudidayakan secara luas di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak pada lahan lebih dari 25.000 ha. Produksi lidah buaya yang telah dimanfaatkan baru sekitar 0,02%, sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk daun segar dengan harga yang sangat rendah ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan negara-negara Eropa.

Menurut Henry (1979), unsur utama dari cairan lidah buaya adalah aloin, emodin, resin, gum dan unsur lainnya seperti minyak atsiri. Dari segi kandungan nutrisi, gel atau lendir daun lidah buaya mengandung beberapa mineral seperti Zn, K, Fe, dan vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B12, C, E, inositol, asam folat, dan kholin. Djubaedah (2003) menyebutkan bahwa gel lidah buaya mengandung 17 jenis asam amino penting. Dengan kandungan nutrisi yang demikian lengkap dan bervariasi maka peluang diversifikasi produk lidah buaya sangat besar.
Produk minuman dari lidah buaya mempunyai kalori yang sangat rendah (4 kal/100 g gel), sehingga sangat sesuai untuk program diet (Hartanto dan Lubis 2002). Di Kalimantan Barat, lidah buaya sudah diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti jus, koktail, gel lidah buaya dalam sirup, selai, jeli, dodol, dan manisan. Untuk memperpanjang umur simpannya telah dilakukan pula penelitian pembuatan tepung lidah buaya dengan penambahan bahan pengisi (Sumarsi et al. 1998).
Gel lidah buaya juga telah dikembangkan dalam bentuk sediaan oral sebagai minuman kesehatan yang diklaim menyegarkan dan memberikan efek mendinginkan. Secara empiris lidah buaya digunakan sebagai obat luka bakar, panas dalam, asam urat serta afrodisiak dan malnutrisi karena kandungan asam amino dan vitaminnya. Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas antipenuaan karena mampu menghambat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat elastin serta menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Lidah buaya terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes (Okyar et al. 2001). Penggunaan gel lidah buaya yang umum adalah dengan mengoleskan gel pada bagian yang terinfeksi secukupnya, sedangkan untuk produk yang mengandung aloin dan aloe-emodin dengan diminum 1−3 sendok makan, 3 kali sehari.

Sumber:
Djubaedah, E. 2003. Pengolahan lidah buaya dalam sirup. Pra-Forum Apresiasi dan Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar Industri Agro, Bogor.

Hartanto, E.S. dan E.H. Lubis. 2002. Pengolahan minuman sari lidah buaya (Aloe vera Linn.). Warta IHP/J. Agro-Based Industry 19(1−2): 29−35.

Henry, R. 1979. An update review of Aloe vera. Cosm and Toiletries (94): 42−50.

Maskur, M.F. 2001. Budi daya lidah buaya tidak banyak didukung. Bisnis Indonesia, 3 Juli 2001.

Okyar, A., A. Can, N. Akev, G. Baktir, and N. Sutlupinar. 2001. Effect of Aloe vera leaves on blood glucose level in type I and type II diabetic rat models. Phytoter Res. 15(2): 157−161.

Sumarsi, Lucyana, dan F. Anita. 1998. Pembuatan tepung lidah buaya (Aloe vera Linn.) dengan  alat pengering semprot serta karakteristik mutunya. Warta IHP/J. Agro-Based Industry 15(1−2): 1−5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar