Live Streaming TV

Jumat, 19 Agustus 2011

Penawaran Hibah Penelitian Mahasiswa Berpotensi Pengabdian Kepada Masyarakat

PENAWARAN
HIBAH PENELITIAN MAHASISWA
BERPOTENSI PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Direktorat Kemahasiswaan bekerjasama dengan LPPM membuka kesempatan kepada mahasiswa UGM untuk mengekspresikan ide-ide & kemampuan meneliti melalui hibah penelitian mahasiswa berpotensi pengabdian kepada masyarakat.

Poster
  
Informasi selengkapnya terkait format pengajuan proposal dan sebagainya, silahkan lihat panduan berikut (klik disini) .

Ayo, Gali Potensi & Ide Brilianmu !
Mari berkarya untuk negeri !
Mari berkontribusi untuk bangsa, Demi kebangkitan Indonesia !

Read More......

Rabu, 17 Agustus 2011

Met Ulang Tahun RI yang Ke-66


Selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia Ke-66,
Logo Versi Resmi

semoga negeri ini makin jaya dan penduduknya aman tenteram..

Logo Versi Gaul

Ojo gelut cah!!

Read More......

Rabu, 03 Agustus 2011

Perlunya Manajemen Jejaring

Jejaring Sosial

Keberhasilan dari suatu organisasi, baik yang profit oriented maupun non profit oriented sangat terkait dengan berbagai variabel yang ada dan saling mendukung. Salah satu varibel tersebut adalah hubungan insan (human relations). Di dalam kegiatannya, unsur ini selalu melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih yang saling memiliki kepentingan, sebab sesuai dengan kodratnya manusia pada dasarnya mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk saling berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain (homo communicus). Dalam hal ini konteks komunikasi mempunyai peran yang besar di dalam ikut menciptakan proses jejaring yang semakin panjang dengan pihak lain.

Adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin global, dapat membawa pengaruh yang sangat dramatis pada kehidupan organisasi/lembaga dan manusia. Lebih-lebih tersedianya jejaring lewat internet membuat dunia menjadi “global village” dan informasi menjadi kebutuhan yang sangat penting. Sudah barang tentu dampaknya adalah menuntut segala aspek kegiatan untuk dapat diselesaikan secara cepat dan tepat. Kondisi ini menuntut para pelaku bisnis harus pandai mengelolanya (me-manage) sumber-sumber ekonomi secara baik, agar organisasi tetap mampu bertahan tumbuh dan terus berkembang serta mampu menghadapi aspek persaingan yang semakin ketat dan kompleks.

Berbagai langkah dalam membangun jejaring adalah,
Pertama, berani melakukan perubahan. Era global berarti semakin ada keterbukaan dan meluasnya jejaring diseluruh sektor. Oleh karenanya penciptaan budaya dan peradaban komunikasi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan organisasi. Organisasi yang telah mantap untuk memilih terus hidup, berarti harus berani melakukan perubahan, hal ini sesuai dengan perkembangan informasi teknologi yang semakin cepat. Akan tetapi setiap perubahan harus mengacu pada konsep efisiensi. Oleh karenanya adanya perbedaan dan keragaman dari sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi perlu di-manage dan dijadikan suatu kekuatan. Sebab faktor keberhasilan organisasi-perusahaan tidak hanya bertumpu pada kekayaan alam yang berlimpah, melainkan pada kekayaan kualitas manusianya.

Kedua, perlunya aspek kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif adalah suatu karakter yang menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan ini berasal dari daya cipta insan kita untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Dengan kreatifitas, orang akan memberikan alternatif atau jalan keluar yang tepat.

Ketiga, antisipatif dan adaptif. Antisipasi adalah bersiap diri menyongsong datangnya masa depan yang tidak dapat secara pasti diramalkan. Orang yang mampu mengantisipasi adalah dia yang mampu mengangkat kepalanya memandang jauh ke depan, memperhatikan karakter masa depan itu, dan mengambil tindakan proaktif untuk menyongsongnya. Sedangkan adaptif maksudnya adalah penyesuaian diri dengan kondisi jaman, tanpa mengorbankan prinsip dasar/fundamental. Prinsip boleh tetap, akan tetapi trik-trik/tak-tik dan pendekatan dapat diubah seiring dengan perubahan situasi. Adaptif adalah berubah dari dalam tetapi serentak pada saat yang sama mengubah sekelilingnya, atau dengan cara lain adaptif adalah interaksi dua arah secara cepat,aktual, dan menguntungkan. Jelasnya adaptif adalah mengelola perubahan itu sendiri.

Keempat, multi-komunikatif. Organisasi masa kini harus mampu melakukan komunikasi dengan banyak lembaga. Bahkan dituntut dengan setiap individu. Tuntutan ini dikarenakan adanya revolusi komunikasi sudah secara masal ada dalam kehidupan individu (internet).

Kelima, perlunya menyatukan satu harapan dan satu tujuan/integrating. Organisasi yang sukses di era kini adalah dia yang mampu menyatu-padukan berbagai komponen sistem yang ada mampu menggalang aliansi dan membina kerjasama dengan berbagai pihak di luar organisasinya.

Keenam, adalah tersedianya wadah atau komunitas. Untuk memudahkan rangkaian dan jaringan kerja yang semakin meluas, suatu komunitas/wadah untuk saling berkomunikasi menjadi bagian yang dapat menjadikan citra organisasi semakin luas dikenal oleh orang lain. Misalnya melalui berbagai media.
Oleh karena itu segala rencana kerja yang telah dipilih, perlu langkah nyata dan kongkrit, artinya rencana yang telah dibuat perlu dilakukan secara konsisten/disiplin. Disiplin diri merupakan hal penting dalam upaya membangun dan membentuk karakter seseorang, sebuah organisasi dan sebuah masyarakat bangsa. Maka sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini “knowledge is power”. Masalahnya adalah jika orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tidak diragukan lagi bahwa dunia akan lebih dan semakin buruk (Andreas Hafena, 2001).
Dengan demikian karena faktor human relations menjadi salah satu kunci menuju sukses, maka setiap orang yang ada dalam organisasi hendaknya mau dan mampu untuk melakukan hubungan kerja secara harmonis, baik dalam lingkup intern maupun lingkup ekstern. Semoga bermakna.

Sumber:
Bambang Darmadi, Z., 2007. Trik-trik Profesional Berbisnis. Penerbit Ardana Media. Yogyakarta.
Hafena, Andreas., 2001. Buletin Suara Mahardika. Jakarta.

Read More......

Selasa, 02 Agustus 2011

Daun Jati (Tectona grandis)

Daun Jati

Tanaman jati memiliki nama latin Tectona grandis Linn., adalah tanaman yang termasuk suku Verbenaceae. Tanaman jati berbentuk pohon, berakar tunggang, dan pada tanah yang subur tinggi pohon jati dapat mencapai 30 m. Sementara pada tanah berbatu dan kurang subur, tanaman jati tumbuh kurang baik, bengkok, bercabang rendah, dan gemangnya (besar diameter batang kayunya) berkisar 50 cm (Suryana, 2001).

Pada tanah yang subur, lingkar batang dapat mencapai dua meter. Kulit batang luar bergabus. Daun jati berbentuk oval, berbulu, dan terasa kasap. Tunas daun, daun muda, dan daun yang telah tua pun jika digosok dan terluka akan tampak warna merah. Hal itu dikarenakan daun tanaman jati memiliki pigmen berwarna merah. Kulit batang mengandung terpen, saponin, dan tanin. Kayu jati mengandung tektol, dehidrotektol, dan 2,2-dimetilnaftokroman (Setijo, 2010).
Menurut Setijo (2010), pucuk daun dan daun muda adalah bagian yang terpenting dalam usaha memperoleh zat warna merah dari tanaman jati. Cara untuk menyiapkan pucuk daun dan daun muda tanaman jati yaitu dengan memetiknya secara langsung dari pohon jati. Daun jati dibersihkan dari kotoran dan dipotong kecil-kecil, kemudian dilumatkan dengan alat pelumat. Selanjutnya, ditambahkan sedikit air, kemudian diperas dan disaring. Air seduhan daun jati muda berwarna merah tua, berbau khas dan agak sepet. Warna air seduhan bertahan agak lama dan setelah 24 jam akan terbentuk endapan merah tua.
Daun jati muda dapat digunakan sebagai pewarna dalam proses pemasakan gudeg (dari buah nangka muda), caranya, ambil daun jati muda secukupnya dan gunakan sebagai alas di dalam kuali yang digunakan untuk memasak gudeg nangka muda. Penggunaan daun jati pada pembuatan gudeg berperan pada warna gudeg nangka muda tersebut, yaitu menjadi merah kecoklatan sehingga mempengaruhi kenampakan dan cita rasa gudeg nangka muda.  
Tanaman jati secara alami berkembang biak dengan biji. Penyebaran biji dari buah jambu biji antara lain terbantu oleh air dan faktor-faktor yang lain. Tanaman jati biasanya ditanam di kebun, tepi jalan, dan yang paling umum dibudidayakan diareal perkebunan.

Sumber:
Suryana, Y. 2001. Budidaya Jati. Swadaya. Bogor.

Setijo, P., Zumiati. 2010. Pewarna Nabati Makanan. Penerbit Percetakan Kanisius. Yogyakarta.

Read More......

Senin, 01 Agustus 2011

Met Puasa Kawan

Sumber: #fym, fuckyeahmahasiswa.com

Read More......

Umbi Ganyong

Umbi Ganyong

Tanaman ganyong merupakan tanaman asli Amerika Selatan, namun kini tanaman ganyong populer dibudidayakan di Vietnam, Cina, dan bahkan Indonesia (Hermann, 1999). Varietas ganyong yang dibudidayakan di Indonesia ada dua macam yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Perbedaan antara kedua varietas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan ganyong merah dan ganyong putih
Perbedaan
Ganyong Merah
Ganyong Putih
Warna batang, daun, dan pelepah
Merah atau ungu
Hijau dan sisik umbi kecokelatan
Ukuran batang
Lebih besar dan tinggi
Lebih kecil dan pendek
Ketahanan
Agak tahan terhadap sinar, tidak tahan terhadap kekeringan
Tahan terhadap sinar, tahan terhadap kekeringan
Menghasilkan biji
Sulit
Selalu
Kegunaan umbi
Dimakan segar
Diambil patinya
Sumber: Lingga (1986)

Menurut Kay (1973), biasanya umbi ganyong dipanen pada umur 6-8 bulan. Di Queensland, umbi ganyong dipanen pada umur 6-10 bulan, sedangkan di Hawai pemanenan dilakukan pada umbi berumur 8 bulan. Pemanenan dapat dilakukan di segala musim karena tanaman ganyong merupakan tanaman yang tidak mengenal musim.
Ganyong dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun tinggi serta tahan terhadap berbagai penyakit. Satu hektar lahan bisa menghasilkan ganyong sebanyak 30-60 ton. Jumlah hasil panen ganyong berubah-ubah atau sangat tergantung pada perawatan  tanaman, dan  jenis tanah. Tanaman ganyong tumbuh dari rhizoma yang dapat dipanen setelah 4 bulan penanaman, tetapi pemanenan setelah 8 bulan akan memberikan produktivitas yang tinggi karena rhizoma mengalami perbesaran maksimum (Flach dan Rumawas, 1996).
Menurut Lingga (1986), umbi ganyong merupakan rhizoma yang merupakan batang yang tinggal di dalam tanah. Umbi ganyong tumbuh dalam satu rumpun dan pada rhizomanya terdapat buku-buku yang jelas. Panjang rumpun umbi dapat mencapai 60 cm (Kay, 1973), biasanya panjang umbi 10-15 cm dengan diameternya 5-8,75 cm (Kay, 1973 dan Lingga, 1986). Bagian tengah umbi biasanya tebal dengan kedua ujung dan pangkalnya menyempit dan di bagian permukaan luar umbi tumbuh berkas-berkas sisik dan akar-akar serabut yang tebal. Bentuk umbi tidak selalu sama, demikian pula komposisi kimianya (Lingga, 1986).
Umbi ganyong sangat baik digunakan sebagai sumber karbohidrat untuk penyediaan energi. Hal ini dapat dilihat dari komposisi kimia umbi ganyong pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 g umbi ganyong
Komponen
Satuan
Jumlah
Kalori
Kal
95
Protein
Gram
1,0
Lemak
Gram
0,1
Karbohidrat
Gram
22,6
Kalsium
Mg
21
Fosfor
Mg
70
Besi
Mg
20
Vitamin B1
Mg
100
Vitamin C
Mg
10
Air
Gram
75
Bahan yang dapat dimakan
%
65
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981)

Ganyong banyak mengandung serat dan zat besi yang lebih tinggi dari umbi kentang (Anonim, 1977). Kadar protein dan karbohidrat umbi ganyong dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesuburan tanah, iklim, umur panen, dan varietas tanaman. Umbi ganyong mengandung kalsium, fosfor, dan besi. Di dalam tubuh, kalsium berfungsi sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi serta dalam proses pembekuan darah. Fosfor merupakan bagian penting inti sel dan mengatur pH darah sedangkan besi berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin bagi tubuh.

Sumber:
Anonim. 1977. Ubi-ubian. Lembaga Biologi Nasional. Proyek Sumberdaya Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Flach, M dan F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia. Backhuys Publisher. London. P. 63-65.

Kay, D.E. 1973.  Root Crops. The Tropical Products Institute, Foreign and Common Wealth Office. London.

Lingga, P., B. Sarwono, F.Rahardi, C.Raharja, J.J. Anfiastini, Rini W., W.H. Apriadji.1986. Bertanam umbi-umbian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hermann, M. 1999. Characterization and Classification of Andean Root and Tuber Crop Variability. Subproject Annual Progress Report. CIP, Lima, Peru. 14p.

Read More......