Pendahuluan
Buah pisang |
Pasar adalah salah
satu tempat dimana orang beraktivitas setiap harinya dan berperan sangat
penting dalam pemenuhan terutama pasar tradisional bagi golongan masyarakat
menengah ke bawah. Pada saat yang sama, pasar juga dapat menjadi jalur utama
untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika Latin, SARS dan Avian
influenza di Asia. Di Indonesia terdapat sekitar 13.450 pasar tradisional
dengan 12.625 juta pedagang beraktivitas di dalamnya (Ditjen. Perdagangan Dalam
Negeri – Departemen Perdagangan, 2007).
Selain pasar Tradisional
dikenal juga pasar modern yang biasa disebut dengan supermarket. Diantara kedua
pasar tersebut, mulai timbul kecenderungan masyarakat yang lebih menyukai pasar
modern yang menjual pangan dengan pelayanan yang lebih baik, lebih bersih,
aman, dan nyaman. Pengelolaan pasar tradisional di daerah bervariasi tergantung
pemerintah daerah setempat. Untuk itu, pemerintah saat ini sedang menyusun
peraturan presiden tentang Pasar Tradisional agar tertata dengan professional,
khususnya oleh pemerintah daerah dalam menghadapi persaingan dengan supermarket
atau hypermarket lainnya.
Pasar menjual
berbagai macam produk, antara lain buah pisang. Pisang adalah tanaman buah sumber
vitamin, mineral dan karbohidrat. Di Indonesia pisang yang ditanam baik dalam
skala rumah tangga ataupun kebun pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga,
produksi pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di pasar
internasional. Jenis pisang dibagi menjadi tiga: (a) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana
atau disebut juga M. cavendishii, M.
sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas. (b)
Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
(c) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa
yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk. (d) Pisang
yang diambil seratnya misalnya pisang manila
(abaca).
Pisang adalah buah
yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga
karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung
pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi
serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan
daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada
saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air
umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus
besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan
penawar racun.
Permasalahan
Penyebab utama yang
menyebabkan timbul masalah yaitu kurang optimalnya para petani saat budidaya
pisang. Hal ini megarah kepada pengendalian dan penanganan pisang baik
prapanen, panen, maupun pasca panen yang masih sangat kurang. Pengendalian dan
penanganan ini meliputi bagaimana sanitasi dan higienitas dalam budidaya pisang
serta upaya maksimal yang seharusnya dilakukan agar dapat di produksi komoditi
pisang dengan kondisi dan mutu yang baik dan sesuai dengan SNI. Tanaman pisang
mudah tumbuh di berbagai tempat, penanaman yang dilakukan oleh petani belum
teratur dan sering dicampur dengan tanaman lainnya. Selain itu pemeliharaan
tanaman pisang belum dilakukan secara intensif, sehingga produksi dan mutu buah
yang dihasilkan masih rendah. Karena pengendalian kurang optimal, pada pisang
dapat timbul berbagai serangan penyakit dan serangan hama maupun gulma,
terdapat juga serangan dari hewan-hewan perusak yang menyebabkan kerusakan pada
komoditi pisang.
Beberapa permasalahan
dalam budidaya pisang, diantaranya:
1. Pisang
sangat rentan terhadap hama dan penyakit
2. Sentra
produksi pisang yang bersifat terpencar (spot) dengan skala usaha yang tidak
ekonomis menyebabkan perdagangan pisang kurang berkembang dengan baik. Beberapa
sentra pisang di Indonesia adalah Kaltim kawasan Taman Nasional Kutai (TNK)
yang sekarang menjadi kebun pisang, Jawa dan Sulawesi.
3. Tingkat
produksi dan produktivitas masih rendah. Hal ini antara lain dikarenakan: (a) Petani
pada umumnya belum menerapkan praktek budidaya yang baik (GAP). (b) Sarana
pengairan umumnya belum tersedia. (c) Serangan penyakit layu masih relatif
tinggi.
4. Mutu
produk yang dihasilkan pada umumnya sebagian besar masih kurang baik, hal ini
dikarenakan: (a) Petani pada umumnya belum menerapkan pemeliharaan buah dan
teknologi pasca panen yang baik dan benar (pembrongsongan buah, cara pemetikan
yang benar, sortasi dan pencucian). (b) Keterbatasan modal petani sehingga
memanen buah belum mencapai tingkat kematangan optimal. (c) Kelompok tani yang
ada belum berfungsi dengan baik dalam mengelola kawasan kebun.
5. Dalam
pemasaran, petani sangat sulit mendapatkan informasi pasar, baik jenis, jumlah
dan waktunya, sehingga pada saat panen raya, harga pisang ditingkat petani
jatuh.
6. Teknologi
pengolahan belum tersosialisasikan sepenuhnya di lapangan serta keterbatasan
sarana pengolahan.
Pengendalian dan penanganan kurang maksimal
yang dimaksudkan yaitu:
1.
Petani
pada umumnya belum menerapkan pemeliharaan buah dan teknologi pasca panen yang
baik dan benar (pembrongsongan buah, cara pemetikan yang benar, sortasi dan
pencucian). Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan
yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang
tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi
terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori
buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan
oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga
umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang
pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan
batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
2. Keterbatasan
modal petani sehingga memanen buah belum mencapai tingkat kematangan optimal. Penentuan
umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk
pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat
sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari
setelah diterima konsumen.
3.
Teknologi
pengolahan belum tersosialisasikan sepenuhnya di lapang serta keterbatasan
sarana pengolahan.
Upaya
dan usaha yang dapat diterapkan
Umumnya pisang maupun
buah-buah tropika lainnya dipasarkan dalam proses penanganan pascapanen yang
berlangsung dalam suasana suhu ruang bahkan di lapang terbuka. Cara pemasaran
dan penanganan ini akan berpengaruh terhadap kecepatan kemunduran kualitas
buah, akibatnya ketersediaan di pasaran terganggu. Kerusakan yang terjadi pada
buah yang telah dipanen, disebabkan karena organ panenan tersebut masih
melakukan proses metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat
dalam buah. Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan
karena buah sudah terpisah dari pohonnya, sehingga mempercepat proses hilangnya
nilai gizi buah. Sedangkan tingkat kerusakan buah dipengaruhi oleh difusi gas
ke dalam dan ke luar buah. Perlambatan proses tersebut tentunya secara teoritis
dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat laju perusakan. Penanganan
buah agar supaya memiliki kualitas baik diperlukan perlindungan terhadap buah
segar sejak budidaya atau di lapang produksi dan kemudian diteruskan hingga
buah siap dikonsumsi.
Deteriorasi atau
perusakan buah dapat terjadi karena perlakuan pemangkasan penjarangan buah,
pemupukan, pengendalian hama-penyakit dan lain sebagainya. Proses perusakan
buah juga dapat terjadi akibat sanitasi yang kurang baik dalam penanganan buah
pisang tersebut. Untuk menghindari penuruanan kualitas buah pisang yang akan
dipasarkan perlu memperhatikan beberapa tindakan untuk menghindari deteriorasi
tersebut.
1.
Sanitasi
Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari
penyebaran hama/ penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai
berikut:
a)
Setelah
dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b)
Simpan
bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering.
Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam
umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama10 menit.
Lalu bibit dikeringanginkan.
d)
Jika
tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e)
Jika
di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas
beberapa menit.
2.
Penanganan
Pasca Panen
Buah setelah panen dikumpulkan
di tempat yang teduh terlindung dari panas. Umumnya para pedagang pengumpul
memiliki ruangan di depan atau di samping rumahnya untuk menampung buah pisang.
Tandan buah pisang diletakkan berjajar, tidak bertumpuk, dan harus dihindari
penetesan getah dari tangkai yang menodai buah pisang, karena penampilan buah
menjadi kotor. Petani melakukan panen pisang dengan memotong tandan dan
kemudian diletakkan di tempat pengumpulan. Disarankan untuk meletakkan tandan
pisang pada tempat yang teduh, tidak terkena sengatan matahari, dan buah pisang
tidak menyentuh tanah agar tidak mengotori permukaan buah dan mencegah
terjadinya kerusakan atau luka pada permukaan buah pisang tersebut. Secara
sederhana dapat digunakan alas daun pisang kering. Kemudian tandan harus
diposisikan sedemikian rupa, sehingga buah pisang tidak terkena getah yang
keluar dari bekas tandan yang dipotong.
Penempatan komoditi
panenan pada wadah sesungguhnya merupakan tindakan menghindari buah dari
kerusakan fisik dan mekanik maupun menghindari kotoran. Oleh karena itu,
pemilihan jenis bahan wadah sebaiknya didasarkan pada sifat permukaan komoditi
bersangkutan. Permukaan wadah seharusnya bersih dan rata untuk menghindari luka
lecet atau gesekan.
Pengumpulan komoditi
panenan sudah pasti terjadi dan sering menyebabkan kemungkinan kerusakan yang
cukup besar. Terlebih-lebih bilamana panenan dilakukan sekaligus terhadap buah
yang ada di lapang produksi. Penempatan pada wadah selama pengumpulan hasil
panen ini merupakan teknik yang baik digunakan untuk mengurangi kerusakan. Oleh
karena itu, maka penyediaan wadah yang cukup banyak sangat diperlukan.
Persentase kerusakan yang lebih tinggi terjadi pada komoditi panenan yang
dikumpulkan secara menumpuk di pinggir lapang produksi, dibandingkan dengan
bilamana komoditi panenan ditempatkan dalam wadah.
Secara konvensional
tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan
diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup.
Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya
kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan
menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik
dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang
disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
3.
Pengangkutan
Transportasi sudah
pasti diperlukan atau dilakukan terutama bagi lokasi lapang produksi yang jauh dengan
tempat penanganan pertama. Pengawasan sangat diperlukan pada setiap tahapan
penanganan transportasi di lapangan. Bila hal ini terlaksana dengan baik, akan
dapat meminumkan terjadinya luka-luka fisik pada buah. Berikut adalah beberapa
hal yang dapat dan perlu dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar
pada aspek pengangkutan (transportasi):
a) Hindari
menggunakan alat pengangkut yang terlalu jauh antara tempat panenan ke tempat
pengangkutan.
b) Pengawasan
terhadap alat angkut terhadap penanganan yang kasar pada saat menaikkan dan
menurunkan wadah komoditi panenan.
c) Menggunakan
teknik yang memberikan kemungkinan terjadinya goncangan pada wadah yang disusun
dalam alat pengangkutan.
d)
Menjaga
kebersihan permukaan wadah.
e) Buahan-buahan
dan sayuran yang belum dikemas harus dimuat dengan hati-hati sehingga tidak
terjadi kerusakan mekanis. Kendaraan pengangkut bisa dialasi atau dilapisi
dengan lapisan jerami tebal. Tikar atau karung bisa dipakai sebagai alas untuk
kendaraan pengangkut berkapasitas kecil. Muatan lain tidak boleh diletakkan di
atas curahan komoditi.
f)
Buah
pisang di Indonesia diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir atau satu gandeng
terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang dari sentra produksi diangkut masih
dalam bentuk tandan dan keadaannya masih mentah. Pengangkutan dilakukan
menggunakan truk atau mobil dengan bak pengangkut (pick up) dengan
menumpuk tandan pisang hingga bak tersebut penuh, kemudian menutupnya dengan
terpal atau kain penutup lainnya atau tanpa penutup sama sekali. Kondisi ini
dapat mengakibatkan tingkat kerusakan yang tinggi.
g) Pisang
yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi mendapat perlakuan yang lebih baik,
dengan membungkus tandan pisang menggunakan daun pisang kering yang dililitkan
dari sisir terbawah ke sisir paling atas sehingga menutup sempurna seluruh
bagian. Cara tersebut umumnya diterapkan untuk buah pisang dalam tandan yang
sudah matang atau mengalami pemeraman terlebih dahulu.
h)
Di
perkebunan besar, tandan buah pisang dari kebun diangkut menggunakan kabel atau
fasilitas lainnya menuju bangsal pengemasan. Bangsal pengemasan merupakan
bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas berupa perlengkapan pemotongan sisir,
bak pencucian, meja-meja sortasi, penimbangan, perlakuan pengendalian hama dan
penyakit pascapanen, dan fasilitas pengemasan.
4. Pemotongan sisir dan pencucian
Setelah pisang sampai
di tempat pengumpulan, untuk menjaga kualitas buah pisang, cara terbaik dalam
pengiriman buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam peti karton atau
peti plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan sisir dilakukan
oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus (dehander).
Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah. Untuk
membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada
permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak berisi air. Jika
satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka perlu dipotong lagi
atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah penanganannya saat pengemasan. Air
dalam bak harus sering diganti. Jika tidak, dapat merupakan sumber inokulum
yang kemudian menginfeksi bagian crown dan menyebabkan busuk yang
dikenal dengan crown rot yang dapat menjalar ke buah pisang. Untuk
mencegahnya, dalam air pencucian dapat ditambahkan chlorin, berupa natrium
hipochlorit 75-125 ppm untuk membunuh spora Fusarium, Cholletotrichum,
dan Botryodiplodia serta fungi lain yang sering menyerang crown pisang.
Buah kemudian ditiriskan. Perlakuan pengendalian penyakit pascapanen
menggunakan fungisida dapat dilakukan setelah pencucian, baik melalui
perendaman atau penyemprotan.
Untuk mengendalikan
busuk yang disebabkan serangan penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu
dari beberapa fungisida atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan
dengan air panas. Jika tidak ingin menggunakan fungisida, maka perlakuan dengan
air panas sudah dapat membantu mengurangi dan menunda serangan busuk pada buah
pisang. Pengendalian busuk pada pisang Raja Sere, Emas dan Lampung telah
dilakukan penelitiannya menggunakan beberapa perlakuan yaitu benomil 500 ppm,
zineb 1000 ppm, mankozeb 1000 ppm, dan perlakuan perendaman dalam air panas
55oC selama 2 menit.
5.
Penyimpanan
Beberapa buah
klimakterik mengeluarkan banyak etilen selama pemasakan salah satunya pisang.
Etilen merangsang proses pemasakan buah namun pengaruh gas etilen ini akan
tidak nampak bilamana buah-buah disimpan pada suhu 0oC, namun bila suhu di atas
0oC akan memberikan percepatan pemasakan.
Untuk menjaga sanitasi
ruang penyimpanan, perlu pembersihan secara periodik, dan perlu sirkulasi udara
yang baik. Dan dilakukan dengan memisahkan bahan yang rusak. Oleh karena itu
dalam penyimpanannya perlu dipisahkan antara pisang yang mentah, pisang matang
dan pisang yang sudah busuk agar pisang yang masih bagus tidak ikut menjadi
busuk.
Selain
itu kondisi penyimpanan buah pisang perlu diperhatikan. Pisang-pisang yang
akan dirangsang pemasakannya agar supaya diperoleh keseragaman dalam tingkat
kemasakan saat dipasarkan sebaiknya disimpan pada kondisi suhu 18 – 23oC dan
kelembaban 90 – 95%. Suhu optimum untuk penyimpanan pisang : 56 – 58oF (13,3 – 14,4oC). Kecepatan pemasakan dapat
diatur dengan mengatur jumlah etilen yang digunakan maupun menaikkan suhu.
Biasanya, untuk menghindari pembusukan mikroba, bilamana buah-buah pisang telah
mengalami perubahan warna (warna kuning telah terbentuk), maka kelembaban udara
ruang simpan segera diturunkan. Bila RH tinggi à menyebabkan
kondensasi air, sehingga akan mengundang pertumbuhan kapang dan pembusukan.
Buah
pisang akan mengalami kerusakan dingin signifikan jika disimpan di dalam
kulkas. Kondisi
suhu bagi penyimpanan pisang matang (hijau) adalah 56OF atau 15OC.
Suhu lebih rendah akan menyebabkan kerusakan dingin (pencoklatan pada kulit buah pisang). Pisang, baik
yang masih matang (hijau) maupun telah masak sangat peka terhadap suhu dingin. Hal ini disebabkan karena buah pisang mempunyai suhu
optimal penyimpanan diatas 10 oC. Oleh karena itu, bilamana sistim
penyimpanan dingin dan dikombinasikan dengan pengaturan komposisi udara ruang
simpan, efek merugikan penyimpanan dingin dapat ditekan. Kondisi penyimpanan
tersebut adalah bersuhu 14OC, kadar CO2 : 2,5% dan kadar O2 : 5%.
Kerusakan
dingin adalah merupakan kerusakan fisiologis yang terjadi pada kebanyakan
tanaman tropis dan subtropis jika di tempatkan pada suhu terlalu rendah tetapi
masih diatas suhu beku. Penyebab utama terjadinya kerusakan dingin adalah
rusaknya struktur selaput sel di dalam buah dan sayuran akibat suhu yang
terlalu rendah. Kerusakan selaput sel terjadi karena terjadinya perubahan
fluiditas pada selaput jika disimpan pada suhu yang terlalu rendah, dibawah
ambang suhu minimum untuk masing-masing jenis buah dan sayuran. Mekanisme
terjadinya kerusakan dingin dapat dijelaskan bahwa ketika suhu penyimpanan
direndahkan, maka komponen lemak pada selaput sel pada suhu kritis akan
memadat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kontraksi yang akhirnya
mengakibatkan keretakan pada selaput sel. Keretakan ini kemudian memicu
meningkatnya permeabilitas sel, yang merupakan salah satu ciri utama terjadinya
kerusakan dingin.
Disamping
itu, perubahan yang terjadi di dalam selaput sel akibat suhu yang terlalu
rendah, dapat menyebabkan meningkatnya aktivasi energi pada sistem enzim di
dalam selaput yang pada akhirnya memicu terjadinya ketidakseimbangan dengan
sistem enzim diluar selaput, serta dapat mengurangi kecepatan reaksi di dalam
selaput sel. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan meningkatnya akumulasi
zat-zat metabolit seperti piruvat, asetaldehida dan etanol diantara sistem
glikolisis dan mitokondria. Kejadian-kejadian ini akan memunculkan
gejala-gejala kerusakan dingin yang dapat dilihat, dan gejalanya akan
berbeda-beda pada masing-masing buah dan sayuran. Hal ini tergantung kepada
tingkat suhu yang digunakan serta lama penyimpanan, kultivar dan tingkat kematangan
buah dan sayuran.
Gejala
yang paling umum dijumpai adalah dapat berupa bercak-bercak pada permukaan buah
dan sayuran, terjadinya perubahan warna pada kulit (misalnya pencoklatan pada
kulit buah pisang), terjadinya perubahan cita rasa, serta lebih mudah
terinfeksi oleh jamur pasca panen selama fase penyimpanan. Berbagai metoda
dapat digunakan untuk mengurangi gejala kerusakan dingin yang timbul akibat
penyimpanan buah dan sayuran pada suhu kritis. Metoda-metoda tersebut meliputi
perlakuan kimia maupun fisik; seperti penggunaan etanolamina, etoksikuin, sodium
benzoat, perlakuan panas, atmosfir termodifikasi, penyimpanan dengan kondisi
hipobarik, pemanasan berkala, dsb. Namun demikian metoda ini umumnya
diaplikasikan pada skala komersial, sedangkan untuk skala rumah tangga
metoda-metoda ini dianggap tidak efisien dan efektif.
Batas suhu terendah yang aman |
Saran
Saran untuk menghindari kerusakan pisang
akibat penyimpanan dan penanganan pasca panen yang kurang tepat:
1.
Penyimpanan
pisang dalam ruangan dengan penambahan ventilasi agar sirkulasi udara terjaga
dengan baik. Suhu tinggi mengakibatkan laju respirasi tinggi dan pisang cepat
mengalami kematangan dan cenderung cepat membusuk karena produksi gas etilen
tinggi.
2.
Cara
menjaga agar suhu tetap uniform: (a) Menerapkan cara penumpukan yang
baik. (b) Mengatur sirkulasi udara yang cukup. (c) Melengkapi ruang penyimpanan
dengan termostat yang reliable agar suhu tetap stabil (pada industri
besar). (d) Ada termometer yang mudah dibaca.
3. Dalam
penyimpanan di gudang dan pada saat penjualan, sebaiknya hindari penumpukan
karena penumpukan yang berlebih menyebabkan buah pisang cepat busuk dan lembek.
Hal ini dikarenakan tekanan yang besar, produksi gas etilen yang tinggi serta
suhu tinggi memicu proses kematangan lebih cepat dan membusuk sehingga umur
simpannya pendek.
4.
Dalam
penyimpanannya sebaiknya diletakkan tempat yang luas agar suhu terjaga dan
ruangan tidak pengap sehingga menghindari kerusakan buah menjadi lembek.
5.
Dalam
penjualannya sebaiknya buah pisang diletakkan menggantung untuk menghindari
penumpukan yang terlalu banyak sehingga banyak buah yang busuk dan lembek.
6.
Penyemprotan
gas etylen dan acetylen untuk mempercepat kematangan buah.
7.
Penyemprotan
senyawa 2,4 D asan giberelat untuk menunda kematangan buah dan menghambat
penyakit pada buah pisang.
Pustaka:
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru.
Bandung
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V.
Sinar Baru. Bandung.
Stover, R.H & N.W. Simmonads.
1993. Banana. Tropical Agriculture Series.
Longman Scientific ang Technical. New York.
Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas
Baik. Trubus no. 341.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar