Tren masa kini |
Pangan merupakan
kebutuhan primer bagi manusia. Dahulu pangan hanya berperan sebagai suatu
pemenuhan rasa lapar, namun kini pangan selain memiliki peran tersebut, ia juga
sebagai pemenuhan sumber gizi dan perbaikan kesehatan bagi orang yang sakit.
Arah pergeseran tren pangan terjadi karena pola konsumsi masyarakat yang
berubah.
Menurut
Tribunnews.com (2012), pada tahun 2011 tren makanan berubah dari era fast food bergeser cukup drastis ke arah
makanan sehat dan rendah kalori. Hal ini terjadi hampir di seluruh dunia
internasional, dan kesadaran akan healty
food masih kebanyakan terjadi di negara maju seperti USA, negara eropa dan
Jepang. Di Indonesia belum semua sadar akan perubahan tren pangan sehat, namun
sudah ada indikasi menuju pangan sehat.
Menurut Arie, seorang
pengamat kuliner Indonesia, masyarakat sudah mulai sadar akan kesehatan. Maka
dari itu mereka lebih memilih makanan yang sehat, seperti makanan yang tidak
berlemak ataupun mengandung kolesterol tinggi. Kini masyarakat Indonesia lebih
memilih makanan yang diolah dengan cara direbus atau dikukus dibandingkan
dengan yang digoreng. Bahan yang dipilih sebagai menu utama pun tidak selalu
ayam atau daging terkadang mereka sudah mulai menggantinya dengan ikan, sayur,
dan buah.
Orang
Indonesia Kian Pendek dan Gemuk
Pola konsumsi makanan yang tak berimbang menyebabkan
struktur tubuh anak-anak Indonesia semakin tidak ideal. Jika tidak segera diatasi,
karakter fisik manusia Indonesia ke depan adalah pendek dan gemuk.
Pilih yang mana yaaaa ? |
”Tubuh pendek terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk
berhubungan dengan pola makan seseorang,” kata Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (Persagi) Minarto dalam Seminar Gizi Lebih: Ancaman Tersembunyi Masa
Depan Anak Indonesia di Jakarta, Rabu (20/4).
Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan
Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru
mencapai 60 persen dari jumlah yang dianjurkan. Badan pendek disebabkan
kurangnya asupan pangan hewani. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan
konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.
Berdasarkan penelitian Atmarita dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki
Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang
seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5
tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.
”Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya
sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak,” kata
Minarto. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain.
Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.
Kasus
Kegemukan Meningkat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi
kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14 persen, dengan rincian prevalensi
14,9 persen dari keluarga kaya dan 12,4 persen dari keluarga miskin. Jumlah
anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan
prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2 persen. Kasus kegemukan paling
banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6 persen.
Generasi gemuk |
Dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) dan anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, Saptawati
Bardosono, mengungkapkan, penumpukan lemak pada pinggang, yang biasanya dialami
orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Selain akibat pola makan yang keliru, yaitu
banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya
aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di
dalam rumah yang sempit. Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak
gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Rini Sekartini,
menambahkan, kegemukan meningkatkan risiko penyakit terkait jantung dan
pembuluh darah, diabetes, kanker, kelainan otot, serta kelainan pernapasan.
Orang Gemuk di Indonesia
Meningkat 78,2 Juta Jiwa. World Health
Organization (WHO) melansir persentase orang kegemukan atau overweight yang
mencengangkan. Data selama 2010, di Indonesia tercatat 32,9 persen atau sekitar
78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan. Persentase
tadi bisa dibandingkan dengan data obesitas WHO pada 2008 yang hanya 9,4
persen. Dengan peningkatan jumlah penduduk yang kegemukan ini, ikut mendorong
peningkatan faktor risiko penyakit kronis.
Dokter spesialis nutrisi Siloam Hospitals dr Samuel Oetoro
M.S. Sp.GK menuturkan, penyakit kronis yang mengikuti orang dengan kondisi
badan kegemukan cukup beragam. Di antaranya yang dominan adalah, hipertensi,
serangan jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Tingginya angka penduduk
yang obesitas di Indonesia, menurut Samuel disebabkan beberapa faktor. Di
antaranya adalah, perubahan pola hidup di masyarakat. Samuel mengingatkan,
membentuk tubuh kembali ramping cukup penting. Tapi, yang perlu ditekankan
adalah tubuh ramping yang sehat. Jika tubuh ramping tetapi penyakitan, menurutnya
adalah kegagalan upaya penurunan berat badan.
Untuk bisa ramping sekaligus sehat, Samuel menganjurkan
untuk tetap rutin berolahraga. Seperti berjalan atau berlari. Jika berat badan
sangat berlebihan, Samuel menganjurkan untuk olahraga bersepeda. "Jika
sangat gemuk memilih jalan kaki atau berlari, kasihan lututnya. Sebab harus
menanggung tumpuan berat badan," pungkasnya. Samuel berharap, angka
obesitas di negeri ini bisa menurun.
Pustaka:
http://www.equator-news.com/utama/ke...-782-juta-jiwa
Read More......