Live Streaming TV

Jumat, 13 April 2012

Tren Pangan di Tahun 2012


Tren masa kini
Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Dahulu pangan hanya berperan sebagai suatu pemenuhan rasa lapar, namun kini pangan selain memiliki peran tersebut, ia juga sebagai pemenuhan sumber gizi dan perbaikan kesehatan bagi orang yang sakit. Arah pergeseran tren pangan terjadi karena pola konsumsi masyarakat yang berubah. 
Menurut Tribunnews.com (2012), pada tahun 2011 tren makanan berubah dari era fast food bergeser cukup drastis ke arah makanan sehat dan rendah kalori. Hal ini terjadi hampir di seluruh dunia internasional, dan kesadaran akan healty food masih kebanyakan terjadi di negara maju seperti USA, negara eropa dan Jepang. Di Indonesia belum semua sadar akan perubahan tren pangan sehat, namun sudah ada indikasi menuju pangan sehat.

Menurut Arie, seorang pengamat kuliner Indonesia, masyarakat sudah mulai sadar akan kesehatan. Maka dari itu mereka lebih memilih makanan yang sehat, seperti makanan yang tidak berlemak ataupun mengandung kolesterol tinggi. Kini masyarakat Indonesia lebih memilih makanan yang diolah dengan cara direbus atau dikukus dibandingkan dengan yang digoreng. Bahan yang dipilih sebagai menu utama pun tidak selalu ayam atau daging terkadang mereka sudah mulai menggantinya dengan ikan, sayur, dan buah.

Orang Indonesia Kian Pendek dan Gemuk
Pola konsumsi makanan yang tak berimbang menyebabkan struktur tubuh anak-anak Indonesia semakin tidak ideal. Jika tidak segera diatasi, karakter fisik manusia Indonesia ke depan adalah pendek dan gemuk.
Pilih yang mana yaaaa ?
”Tubuh pendek terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk berhubungan dengan pola makan seseorang,” kata Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Minarto dalam Seminar Gizi Lebih: Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia di Jakarta, Rabu (20/4).
Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 60 persen dari jumlah yang dianjurkan. Badan pendek disebabkan kurangnya asupan pangan hewani. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.
Berdasarkan penelitian Atmarita dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.
”Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak,” kata Minarto. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain. Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.

Kasus Kegemukan Meningkat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14 persen, dengan rincian prevalensi 14,9 persen dari keluarga kaya dan 12,4 persen dari keluarga miskin. Jumlah anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2 persen. Kasus kegemukan paling banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6 persen.
Generasi gemuk
Dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, Saptawati Bardosono, mengungkapkan, penumpukan lemak pada pinggang, yang biasanya dialami orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Selain akibat pola makan yang keliru, yaitu banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di dalam rumah yang sempit. Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Rini Sekartini, menambahkan, kegemukan meningkatkan risiko penyakit terkait jantung dan pembuluh darah, diabetes, kanker, kelainan otot, serta kelainan pernapasan.
Orang Gemuk di Indonesia Meningkat 78,2 Juta Jiwa. World Health Organization (WHO) melansir persentase orang kegemukan atau overweight yang mencengangkan. Data selama 2010, di Indonesia tercatat 32,9 persen atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan. Persentase tadi bisa dibandingkan dengan data obesitas WHO pada 2008 yang hanya 9,4 persen. Dengan peningkatan jumlah penduduk yang kegemukan ini, ikut mendorong peningkatan faktor risiko penyakit kronis.
Dokter spesialis nutrisi Siloam Hospitals dr Samuel Oetoro M.S. Sp.GK menuturkan, penyakit kronis yang mengikuti orang dengan kondisi badan kegemukan cukup beragam. Di antaranya yang dominan adalah, hipertensi, serangan jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Tingginya angka penduduk yang obesitas di Indonesia, menurut Samuel disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah, perubahan pola hidup di masyarakat. Samuel mengingatkan, membentuk tubuh kembali ramping cukup penting. Tapi, yang perlu ditekankan adalah tubuh ramping yang sehat. Jika tubuh ramping tetapi penyakitan, menurutnya adalah kegagalan upaya penurunan berat badan.
Untuk bisa ramping sekaligus sehat, Samuel menganjurkan untuk tetap rutin berolahraga. Seperti berjalan atau berlari. Jika berat badan sangat berlebihan, Samuel menganjurkan untuk olahraga bersepeda. "Jika sangat gemuk memilih jalan kaki atau berlari, kasihan lututnya. Sebab harus menanggung tumpuan berat badan," pungkasnya. Samuel berharap, angka obesitas di negeri ini bisa menurun.

Pustaka:
http://www.equator-news.com/utama/ke...-782-juta-jiwa

Read More......

Yuk Mengenal Sekilas Nata de Cassava

Nata berasal dari bahasa spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai nature, yang berarti terapung-apung. Nata merupakan suatu bahan menyerupai gel (agar-agar) yang terapung pada media yang mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme Acetobacter xylinum (Sutarminingsih, 2004). Selama proses fermentasi, Acetobacter xylinum mengubah glukosa menjadi lapisan selulosa ekstraseluler yang lepas dan secara bertahap menutupi permukaan media. Selulosa ekstraseluler tersebut berbentuk fibril submikrokopis yang kemudian saling terikat tidak beraturan membentuk membran tergelatinasi yang disebut pelikel nata. Sifat ikatan yang tidak beraturan menyebakan pelikel nata yang terbentuk memerangkap air dalam jumlah banyak (Mayasti, 2009). 

Menurut Sutarminingsih (2004), nata mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%, kalsium 0,012%, fosfor 0,002%, dan vitamin B­­3 0,017% dengan tekstur agak kenyal, padat, kokoh, putih, dan transparan. Produk ini tergolong makanan berkalori rendah, memiliki serat tinggi sehingga baik bagi pencernaan, melangsingkan tubuh, menolong penderita diabetes, dan mencegah kangker usus. Menurut Lapuz (1967), untuk menghasilkan nata yang optimum dalam proses pembuatan nata harus memenuhi syarat pertumbuhan bakteri yang meliputi beberapa faktor diantaranya; konsentrasi gula pada media, keasaman media, suhu inkubasi, konsentrasi sumber nitrogen (N), konsentrasi karbon (C), umur kultur dan jumlah starter/inokulum.
Oksidasi asam yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum pada saat proses fermentasi akan menghasilkan metabolit berupa gas-gas karbondioksida (CO2). Gas CO2 ini kemudian akan terikat pada serabut selulosa dan menyebabkan struktur yang terbantuk terangkat ke permukaan media fermentasi (Gunzalus dan Stainer, 1962).
Menurut Mayasti (2009), nata biasanya dikonsumsi sebagai campuran minuman atau langsung dimakan. Nata de cassava merupakan produk olahan nata yang berasal dari limbah cair tapioka. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan nata de cassava memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.     Bahan baku murah karena menggunakan hasil samping industri tapioka yaitu limbah cair tapioka.
2.  Bahan baku tersedia melimpah dan dapat bekerjasama dengan pengusaha tapioka agar limbah yang dihasilkan dapat bernilai ekonomis.
3.     Kandungan gula pada limbah cair tapioka lebih tinggi dari air kelapa.
4.     Dihasilkan karakteristik produk nata yang khas (tebal, kenyal, dan putih).
5.     Mampu diandalkan dalam memenuhi permintaan pasar yang besar.
6.     Memiliki kandungan serat yang tinggi sebagai makanan kesehatan.
Adapun perbandingan komposisi kimia nata de coco dan nata de cassava terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel Komposisi Presentase Kimia Nata De Coco Dan Nata De Cassava Tiap 100 Gram Berat Basah


Menurut Mayasti (2009), serat kasar yang terkandung dalam nata de cassava merupakan komponen pangan yang tidak dapat dicerna, dapat mengikat komponen bahan makanan lain seperti protein, lemak, gula, dan membentuk senyawa kompleks sehingga senyawa tersebut dapat dicerna oleh tubuh. Oleh karena itu serat kasar ini baik untuk sistem pencernaan tubuh. Berikut gambar produk nata de cassava mentah yang telah diolah:



Gambar (a) Proses Fermentasi Nata De Cassava, (b) Produk Nata De Cassava Mentah Dalam Bentuk Lembaran.

Pustaka:
Gunzalus, I. C. and Stainer, R. Y., 1962. The Bacteria, a Treathise on Structure and Function. Academic Press Inc. New York and London.

Lapuz , M.M., 1967. The Nata Organism, Cultural Requirements, Characteristics and Identity. The Philipine Journal of Science, Vol. 96:2.

Mayasti, Nur. K. I. 2009. Analisis Kelayakan Pasar, Teknis dan Financial Produksi Nata De Cassava Dari Hasil Samping Industry Pati Tapioka, Pundong Bantul. Skripsi. Program Studi Teknologi Industri Pertanian. Universitas Gadjah Mada.

Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Read More......